MANAJEMEN PRODUKSI
Kelas : 1EB18
Kelompok : 1 ( satu )
Nama :
1. Andhika Irawan (20212743)
2. Kartika Meylani (24212031)
3. Risca Wijaya (26212452)
4. Shelvyra Hilda Pratiwi (26212977)
Universitas gunadarma
2012
MANAJEMEN PRODUKSI
1.
PERKEMBANGAN MANAJEMEN PRODUKSI dan OPERASI
Perkembangan Manajemen Produksi dan Operasi yang begitu pesat saat ini,
didorong oleh faktor-faktor :
1. Perkembangan Alat dan Teknologi
2. Revolusi Industri
3. Perkembangan Ilmu dan Metode kerja, yang mencakup metode ilmiah, dan
konsep-konsep yang spesifik seperti model pengambilan
keputusan, ergonomi, Quality management, dll
I. PERKEMBANGAN ALAT dan TEKNOLOGI
Penggunaan alat-alat pengungkit dan roda penggerak sederhana oleh manusia di
awal peradaban, merupakan awal dari sejarah Industri.
Tahun 1664 Hargreves menciptakan “ Spinning Jenny “ , yaitu sebuah alat
pemintal.Gagasan ini dikembangkan oleh Arkwight dengan menciptakan alat
pemintal yang berpenggerak tenaga air, pada tahun 1669. Sedangkan Cromton
menciptakan alat tenun yang disebut “Mule “ pada tahun 1779.
Pada abad ini
James Watts menciptakan
mesin uap. Industri semakin berkembang dengan diciptakannya alat tenun “
bermesin “ oleh Cartwright tahun 1785.
Penemuan-penemuan ini mendorong perkembangan industri di Inggris, yang
merupakan tahap awal industrialisasi di dunia.
Teknologi Industri pada saat itu mulai berkembang, dengan adanya peningkatan
dan perbaikan. Dimulai oleh Eli Whitney, yang mendapatkan kontrak-kontrak kerja
dari pemerintah, mengembangkan parts dan komponen yang dapat saling
dipertukarkan, ini terjadi di rentang tahun 1798 – 1800. Usaha menciptakan
parts dan komponen ini telah mendorong percepatan perkembangan industri .
Perkembangan industri seperti ini membutuhkan “sebuah kegiatan yang
terorganisasi “. Pertama-tama yang perlu dilakukan yaitu pengorganisasian dan perencanaan
produksi dan operasi. Kemudian timbulah gagasan pengembangan sistem produksi
pabrik, dimana kualitas besi baja mulai diperhatikan dan penggunaan mesin uap
meningkat pesat. Dalam periode ini berdiri industri-industri teknik dan
alat–alat permesinan, sampai diciptakannya mesin-mesin dengan pembakaran
internal, yang kemudian melahirkan produk seperti mobil.
Industri setelah abad 19 mulai mengembangkan metode produksi dan operasi yang
efisien dan modern. Ini dimulai dengan usaha Sear Rebuck dalam mengorganissasi
operasi penjualan melalui pos di Chicago, Henry Ford dengan industri mobilnya,
sedang di Inggris dengan Industri perlengkapan senjata untuk PD I. Inilah awal
penerapan standarisasi untuk parts dan Komponen dalam Industri skala besar.
Dengan adanya standarisasi ini, Parts dan komponen dapat dipertukarkan. Henry
Ford ( 1913 ) membangun Lini perakitan mobil yang petama, dan dapat
dipindah-pindahkan. Pada Lini perakitan seperti ini, dibutuhkan stadarisasi
parts dan pekerjaannya dilakukan oleh tenaga spesialis.
Sejak komputer diperkenalkan pada Tahun 1950, banyak produksi dan operasi
manufacture, menggunakan komputer antara lain untuk manajemen persediaan,
scheduling, pengendalian mutu, dan sistem pembiayaan.
Pada akhir-akhir ini penggunaan teknologi canggih atau modern telah
diintegrasikan kedalam industri. Bahkan langkah ini, menjadi alternatif solusi,
terhadap tuntutan pasar yang menginginkan kualitas produk yang lebih baik,
harga lebih rendah, dan Variatif dan memiliki nilai tambah.
II. REVOLUSI INDUSTRI ( RI )
Pada dasarnya RI merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin.
Dorongan terbesar terjadinya RI ini saat penemuan mesin uap oleh James Watt’s
Th. 1764. Mesin ini menjadi pendorong utama tenaga mesin penggerak pada
pertanian pabrik. Percepatan RI terjadi pada tahun 1800 dengan dikembangkannya
mesin yang menggunakan bahan bakar dan listrik.
RI di Inggris tidak berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang berkaitan
dengan berbagai permasalahn sosial ekonomi, budaya dan politik. Revolusi itu
sendiri merupakan suatu perubahan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada
bidang perdagangan, industri, dan teknik yang terjadi di Eropa, terutama di
Inggris pada abad ke-18.
Penemuan mesin–mesin (meski berpenggerak manual) mendorong pemilik bermodal
besar untuk memperkerjakan banyak tenaga-tenaga buruh, dan mendirikan
gedung-gedung besar. Tempat-tempat kerja buruh yang digunakan untuk berproduksi
disebut manufacture. Manufacture-manufacture inilah yang merupakan langkah awal
terjadinya proses Industrialisasi.
RI adalah awal dari Industrialisasi di Inggris. Didukung oleh kekayaan alam (
bijih besi, batubara ) industrialisasi berkembang semakin cepat. Perkembangan
RI menorong timbulnya produksi dan pemasaran secara massal, mengawali timbulnya
gagasan automatisasi, serta menimbulkan pergeseran perkembangan orientasi
perekonomian dari produksi barang ke produksi jasa.
Perkembangan industri dalam industrialisasi sebagai dampak RI disebabkan
masalah ekonomi khususnya dan kemanusiaan umumnya, yaitu;
1. Bertambahnya penggunaan mesin
2. Efisiensi produksi batubara, besi dan baja
3. Pembangunan Jalur kereta Api, perkembangan alat transortasi dan komunikasi.
4. Meluasnya sistem perbankan dan perkreditan.
Perkembangan industri di Inggris sangat ditunjang oleh luasnya daerah-daerah
koloni yang dikuasai Kerajaan Inggris saat itu, yang sekaligus menjadi
daerah-daerah pemasaran yang sangat potensial.
III. PERKEMBANGAN ILMU dan METODE KERJA
Perkembangan Management Produksi dan Operasi ditandai oleh usaha manusia untuk
meningkatkan hasil produksi dengan melakukan pembagian kerja (Division of Labor
). Konsepnya, pembagian kerja akan menimbulkan spealisasi, pekerjaan tunggal
yang dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan peningkatan efisiensi dan
produktivitas, yang mulai diperkenalkan oleh Adam Smith, seiring dengan
perkembangan industri itu sendiri, muncul konsep-konsep dalam industri
manufacture yang lebih spesifik, seperti model-model pengambilan keputusan,
Ergonomi, Quality Management, dll
III.1. ADAM SMITH, 1776
Orang pertama yang membahas dan memperhatikan pentingnya
pembagian kerja agar berproduksi secara efisien (production economic) adalah
Adam Smith. Ia memperhatikan bagaimana berproduksi secara efisien di sistem
produksi skala kecil yang berbasis rumah tangga hingga pabrik. Perkembangan
sistem produksi rumah tangga menjadi sistem produksi pabrik terdapat dalam
indusri tekstil, diabad 18. Usaha-usaha dalam sistem produksi tekstil ditujukan
untuk dapat memproduksi dalam jumlah relatif besar dengan kualitas lebih baik.
Dari penelitian sistem produksi pabrik, Tahun 1776 Adam Smith menulis
buku “ Wealth of Nation” ( kemakmuran negara ) . Dalam bukunya, Adam
Smith menyatakan, dengan pembagian kerja ( division of labor) terdapat
spesialisasi tenaga kerja yang akan meningkatkan hasil produksi, yang
disebabkan oleh 3 faktor , yaitu :
1. Peningkatan kecekatan dan ketangkasan dari sebagian pekerja, seta
bertambahnya ketrampilan seseorang karena pekerjaan yang berulang-ulang
2. Menghindari loss time saat terjadi perubahan tugas.
3. Ditemukannya mesin dan peralatan yang terspesialisasi, mengikuti usaha-usaha
manusia dalam ruang lingkup yang terbatas sebagai pengganti tenaga manusia.
Efisiensi perusahaan dicapai karena biaya produksi yang lebih rendah dan jumlah
produksi lebih besar.
III.2. CHARLES BABBAGE, 1832
Tahun 1852, Charles Babbage menulis buku “On the Economy of Machinery and
Manufactures“.Dalam bukunya, ia mengutarakan pentingnya pemakaian mesin-mesin
secara ekonomis dan perlunya mengorganisir orang-orang dalam memproduksi
barang-barang secara efektif dan efisien. Ini berarti ketrampilan dan waktu
yang diperlukan untuk suatu pekerjaan harus ditentukan atas dasar penyelidikan
yang rasional, penyelidikan ini terkenal dengan nama “Skill and Time
Studies“.Penelitian Times Studies dilakukan terhadap Proses pembuatan
Peniti. Yaitu menyelidiki berapa waktu yang dibutuhkan untuk proses
produksinya. Dengan “Times Studies” ia menyimpulkan beberapa pendapat dan
ketentuan-ketentuan untuk melaksanakan proses produksi. Pada dasarnya ia telah
memperbaiki gagasan pembagian kerja-nya Adam Smith. Ia mengajukan pendapat akan
perlunya dijalankan upah harian yang layak untuk pekerjaan yang layak dalam
satu hari ( fair day’s wage for a fair day’s work ). Meski gagasannya
lebih maju dari Adam Smith, kenyataannya pada masa itu belum punya pengaruh
besar bagi para industrialis dan pengusaha.
III.3. FRANK dan LILIAN GILBERTH, 1911
Pada mulanya Frank Gilberth adalah seorang kontraktor
bangunan yang berhasil di Amerika Serikat. Ketika melihat cara
pekerja-pekerjanya bekerja, dia melihat ketidak efisienan gerakan-gerakan kerja
saat menyusun batu bata. Semakin lama, Gilberth semakin terdorong untuk
mempelajari kelemahan-kelemahan cara kerja demikian dan ingin mencari
kemungkinan mengatasinya. Akhirnya bidang konstruksi ditinggalkan. Dengan
bantuan istrinya, Lilian, seorang psikolog, Gilberth meneliti gerakan-gerakan
kerja yang dilakukan pekerja dan diamati dengan cermat dengan menggunakan
kamera-kamera film. Gerakan yang terekam diputar kembali dengan gerakan sangat
lambat untuk diamati.
Dari penelitiannya Gilberth mendapakan suatu prosedur untuk
menganalisa gerakan kerja, kemudian memperbaikinya. Prosedur ini membagi
gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen dasar yang merupakan bagian dari
suatu gerakan. Misal ; gerakan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi
elemen-elemen ; menjangkau, memegang, dan mengangkat. Elemen gerakan yang
dikembangkan Gilberth berjumlah 17 buah ( 17 THERBLIG ), dan dengan
ini perbaikan gerakan dilakukan.
17 THERBLIG
:
1) Mencari/Search,
2) Memilih/Select,
3) Memegang /Grasp,
4) Menjangkau/Reach,
5) Membawa/Move,
6) Memegang untuk memakai/Hold,
7) Melepas/Release,
8) Pengarahan/Position,
9) Pengarahan sementara/Preposition,
10) Memeriksa/Inspection,
11) Merakit/Assemble,
12) Lepas rakit/Dissassemble,
13) memakai/use,
14) Kelambatan yang tak terhindarkan/ unavoidable Delay,
15) kelambatan yang dapat dihindarkan/ Avoidable Delay,
16) Merencana/Plan,
17) Istirahat untuk menghilangkan fatique/ Rest to overcome
fatique.
Gilberth mengemukakan, perbaikan gerakan lebih mungkin dilakukan dengan
memperbaiki elemen-elemennya. Tahun 1911, ia menerbitkan buku “ Motion
Study “. Peranan isterinya cukup besar, khususnya dalam memberikan
perhatian pada segi-segi psikologis yang berhubungan dengan gerakan-gerakan
kerja dan perbaikannya. Melengkapi study gerakan yang menganalisa gerakan
melalui elemen-elemennya, keduanya mengembangkan serangkaian prinsip-prinsip
perancangan sistem kerja yang dikenal dengan Ekonomi Gerakan. Prinsip ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga
memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin
menghindarkan atau melambatkan terjadinya kelelahan (fatique).
III.4. FREDERICK WINSLOW TAYLOR, 1911
Taylor memiliki
andil yang besar dalam perkembangan manajemen dan teknik industri . ia bekerja
di pabrik baja di Amerika tahun 1911 sebagai seorang Pengawas. Disana ia
melihat pekerja yang tidak berprestasi semestinya, dalam pandangannya,
pekerja-pekerja tersebut menghasilkan dibawah yang sebenarnya dapat dihasilkan.
Dia menduga penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena pengaturan jam kerja
yang tidak baik. Setelah meyakinkan hal ini pada pimpinannya, Taylor mendapat
izin dan dana untuk melakukan penelitian mengenai pendapatnya.
Penelitiannya sbb:
Taylor menugaskan dua orang pekerja yang baik dan kuat yang mendapat penjelasan
bahwa tujuan penelitian bukanlah mengukur berapa kekuatan maksimal yang dapat
dihasilkan seseorang selama hari kerja, melainkan untuk mengetahui seberapa
besar tenaga seseorang pekerja harus dikeluarkan agar pekerja tersebut dapat
memberi hasil sebanyak banyaknya. Bekerja sekuat-kuatnya akan mendapat hasil
yang lebih banyak, tapi tidak akan tahan lama. Sebaliknya, bekerja dengan
tenaga yang lebih sedikit akan tahan lama, tapi sedikit pula yang dihasilkan.
Diantara keduanya ada sejumlah tenaga tertentu yang bila dikeluarkan akan
memberikan hasil maksimal. Melalui dua orang pekerjanya, Taylor mendapatkan
bahwa hasil kerja sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lamanya waktu
istirahat, dan frekuensi istirahat.
Jadi, bekerja 6 Jam, Istirahat 1 jam berbeda hasil yang dicapai dengan bekerja
5 jam, istirahat 1 atau 2 jam. Begitu pula akan lain hasilnya bila bekerja 6
jam dengan istirahat dua kali ½ jam.
Taylor melakukan pengukuran waktu dengan menggunakan Jam henti (Stop Watch).
Sejak itulah pengukuran waktu secara teliti dan ilmiah mulai dilakukan.
Dari pengukuran waktu dengan jam henti ini., kemudian berkembang cara-cara lain
seperti : Data waktu Standard, data Waktu Gerakan, disamping tersebar luasnya
penggunaan sampling pekerjaan sebagai salah satu alternatif lain dalam mengukur
waktu. karena peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan dalam sistem
produksi sangat besar, seperti ; penentuan sistem upah perangsang, penjadwalan
kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran, dsb, maka
pengukuran waktu seperti yang diawali oleh Taylor dipandang sebagai karya yang
besar.
Percobaan Taylor yang terkenal adalah percobaan menyekop dan mengangkat
bijih-bijih besi. Kepada dua orang pekerja, Taylor menugaskan untuk menyekop
dan mengangkat bijih besi dengan berbagai ukuran sekop. Mulai dari yang
berkapasitas kecil sampai besar. Untuk setiap ukuran sekop, diakhir hari kerja
hasil angkatannya dicatat. Ternyata sekop dengan kapasitas 21 ½ lb yang
berhasil memindahkan bijih-bijih besi terbanyak dalam satu harinya. Artinya
Sekop dengan ukuran lebih besar dan lebih kecil tidak menghasilkan pemindahan
sebanyak itu.
Sumbangan lain dari Taylor untuk dunia Industri :
1. Manajemen harus mengganti metode coba-coba yang tidak ilmiah (Rule of Thumb
Method). Dalam hubungan ini Taylor menekankan juga pentingnya peranan manusia
dalam sistem produksi, dan pentingnya masalah-masalah diselesaikan secara
ilmiah. Dikemudian hari gagasan ini dinamakan The Scientific Management (
Manajemen Ilmiah ).
2. Mengembangkan bentuk organisasi fungsional, yang menurut pendapatnya
membentuk suatu struktur yang sesuai untuk organisasi sistem produksi. Bentuk
organisasi fungsional merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk organisasi
yang kita kenal sekarang.
3. Menyelidiki faktor –faktor yang mempengaruhi umur pahat yang pada akhirnya
sampai pada suatu rumus yang sampai kini dikenal sebagai Rumus Umur Pahat
Taylor
Ilmu Manajemen Produksi dan Operasi yang dikembangkan Taylor, perkembangannya
tidak begitu pesat pada masa itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu ;
1. Belum terdapatnya (pada masa itu) pengetahuan yang menunjang dan peralatan
yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
2. Terdapatnya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan pengukuran sistem produksi,
karena ditemukannya banyak variasi dalam produksi. Pada masa itu masih
digunakan pengukuran tunggal dalam produksi, misal, produksi hanya diukur dalam
kuantitas atau banyaknya unit produksi, tanpa memperhatikan mutu, serta berat
hasil produksi.
3. Terdapat masalah kerumitan (complexity) yang ditimbulkan dari masalah skala
besar, dimana terdapat hubungan yang sangat erat antara variabel dari masalah
satu dengan masalah lain atau variabel lain dari masalah yang sama. Keadaan ini
tidak didukung oleh tersedianya peralatan anlisis matematis atau peralatan
analisis lainnya yang lebih maju untuk membantu pemecahan masalah.
III.5. ELTON MAYO, 1933
Warga negara Australia, memulai beberapa studi disuatu
perusahaan Listrik tahun 1933, yaitu Western Electric Company, Hawthorne,
Chicago. Tujuan Studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel
fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi operator kerja pada unit perakitan.
Pengkajian-pengkajian ini menunjukkan bahwa usaha-usaha untuk memotivasi para
pekerja adalah sangat penting didalam meningkatkan produktivitas.
III.6. F.W. HARRIS, 1915
Pada tahun 1915, mengembangkan formula kuantitas atau jumlah pemesanan
ekonomis, yang dikenal sebagai “ Economics order Quantity (EOQ) “ untuk
Manajemen Persediaan.
III.7. WALTER A. SHEWHART, 1931
Dari Bell Laboratories, Tahun 1931, dalam bukunya “ Economic Control of Quality
of Manufactured Products “ ia memperkenalkan model kuantitatif dalam
pengambilan keputusan yang digunakan dalam pengendalian kualitas secara
statistik ( Statistical Quality Control ).
III.8. GEORGE DANTZIG, 1947
Tahun 1947, George Dantzig mengembangkan Metode Simplex dari Linier Programing,
yang memungkinkan pemecahan seluruh kelas model management matematis.
III.9 TEAM ANGKATAN PERANG INGGRIS & AMERIKA, PD II
Pada masa Perang Dunia II, Angkatan Perang Inggris membentuk team, yang terdiri
atas para ilmuwan untuk mempelajari persoalan-persoalan strategi dan taktik
sehubungan dengan serangan yang dilancarkan musuh. Tujuan mereka adalah untuk
menentukan penggunaan sumber-dumber daya militer yang terbatas, seperti Radar
dan Bomber, dengan cara yang paling efektif.
Keberhasilan yang diperoleh Angkatan Perang Inggris mendorong Angkatan perang
Amerika melakukan aktivitas serupa. Dengan membentuk team, yang dinamakan Team
Operations Research. Mereka berhasil dalam memecahkan persoalan-persoalan
logistik suplai barang-barang keperluan perang, menentukan pola-pola dasar
penerbangan yng lebih efisien, serta menentukan pola-pola dasar jaringan bagi operasi
alat-alat elektronik. Sejak 1951, Operation Research digunakan di hampir
seluruh kegiatan baik di Perguruan tinggi, Konsultan, Rumah Sakit, Perencanaan
kota, maupun kegiatan-kegiatan bisnis.
III.10. W. EDWARDS DEMING
Banyak yang menganggap,
Deming adalah
bapak dari gerakan Total Quality Management. Deming menganjurkan penggunaan SPC
(Statictical Proses Control) yang dikembangkan pertama kali oleh Walter A.
Shewhart agar perusahaan dapat membedakan penyebab sistematik dan penyebab
khusus dalam menangani kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi
merupakan suatu fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri.
Kontribusi utama yang membuatnya terkenal yaitu Deming Cycle (PDCA), Deming
Fourteen Points, dan Seven Deadly Diseases. Tahun, 1940 membantu U.S. Buereau
of Census dalam menerapkan teknik-teknik sampling statistic.
Tahun 1941, mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S War
Department
Tahun 1950, mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada para ilmuwan,
insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang. Tahun 1982, menerbitkan buku
berjudul “Quality, Productivity, and Competitive Position”.
III.11. JOSEPH M. JURAN , 1951
Ia memiliki dua gelar kesarjanaan (Teknik dan Huku ).
Merupakan pendiri Juran Institute, Inc di Wilton, Conecticut. Institute ini
bergerak dalam bidang pelatihan, penelitian, dan konsultasi manajemen kualitas.
Juran mendefinisikan
kualitas sebagai cocok/sesuai untuk digunakan ( fitness for use ), yang
mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa
yang diharapkan oleh para pemakainya. Pengertian cocok untuk digunakan ini
mengandung 5 dimensi utama, yaitu ; Kualitas Desain, Kualitas kesesuaian,
ketersediaan, Keamanan, dan Field use.
Kontribusi
Juran yang paling terkenal antara lain ; Juran ‘s Three Basic Steps to
Progress, Juran’s Ten Steps to Quality Improvement, The Pareto Principles (
kaidah 80/20, 80% Trouble comes from 20% of the problems), dan The Juran
Trilogy
Pada Tahun 1951, mempublikasikan buku berjudul “ Quality Control handbook
“
Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen Produksi yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan koordinasi kegiatan orang lain.
Pengertian Produksi Yaitu suatu kegiatan atau proses yang
mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran atau output.
Manajemen Produksi yaitu kegiatan untuk mengatur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya.
Dalam peningkatan produktivitas dijumpai permasalahan
penting, yaitu:
1. Produktifitas akan meningkat apabila terdapat perbaikan kondisi kerja
2. Beberapa peningkatan produktivits tidak dapat membantu organisasi secara
keseluruhan.
3. Pengertian produksi
Produksi diartikan sebagai suatu kegiatan yang mentransformasikan
masukan(input) menjadi keluaran(output).
Produksi dimaksudkan sebagai kegiatan pengolaha dalam
pabrik, yang hasilnya berupa barang konsumsi dan barang produksi.
PENGERTIAN PRODUKSI
Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang
ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau
jasa (Assauri, 1995).
Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik
bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan
danan menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002)
proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah keguanaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
PROSES PRODUKSI
Prose produksi yang berjalan dengan lancar dan baik
merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh suatu perusahaan. Untuk
mewujudkan proses produksi agar selalu berjalan dengan baik, maka dibutuhkan
suatu manajemen yang bisa mengelola keseluruhan kegiatan produksi tersebut.
Proses Produksi dapat ditinjau dari 2 segi yaitu:
Proses Operasi / Produksi adalah serangkaian metode dan teknologi yang
digunakan dalam memproduksi barang atau jasa.
Jenis produksi dapat diklasifikasikan menurut perbedaan
dalam proses-proses operasinya. Barang-barang produk berdasarkan apakah proses
operasinya mengkombinasikan sumber daya atau dipecah menjadi beberapa bagian
komponen. Kita dapat menjabarkan jasa berdasarkan tingkat kontak dengan
pelanggan yang dibutuhkan.
Proses Pabrikasi Barang :
Proses Analitis vs Sintetis
Seluruh proses pabrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat analitis atau
sintetis dari proses transformasi.
• Proses analitis: proses produksi yang menguraikan sumber-sumber daya menjadi
komponen untuk menciptakan produk-produk jadi.
• Produksi sintetis : proses produksi yang mengkombinasikan bahan-bahan mentah
untuk memproduksi suatu barang jadi.
Proses jasa
: Tingkat kontak dengan pelanggan
Satu cara mengklasifikasikan jasa adalah menanyakan apakah suatu jasa tertentu
dapat diberikan tanpa pelanggan menjadi bagian dalam sistem produksi.
• Proses kontak tinggi: Tingkat kontak antara jasa dengan konsumen dimana
konsumen menerima jasa sebagai bagian dari sistem. Misalnya jasa transportasi.
• Proses kontak rendah: tingkat kontak antara jasa dengan konsumen dimana
konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem dalam menerima jasa. Misalnya
penyetoran giro di bank, nasabah tidak mengikuti proses perbankannya.
Dapat pula ditinjau dalam segi:
1. Kelangsungan hidup
a. Produksi terus-menerus (Continous Production)
Dilakukan sebagai proses untuk mengubah bentuk barang-barang.walaupun terjadi perubahan
bentuk barang-barangtetapi tidak mengubah susunan dan fungsi alat-alat mesin.
Proses ini menghasilkan produk yang standar (massal).
b. Produksi yang terputus-putus (Intermitten Production)
Proses produksi ini dilakukan berdasarkan pesanan sehingga harus mengatur
kembali alat-alat dan penyesuaian terus-menerus dil;akukan sesuai tuntutan
produk yang akan dihasilakan.
2. Teknik
a. Proses
Ekstraktif
: Proses pengambilan langsung dari alam seperti kayu,perikanan, pertambangan.
b. Proses Analitis
: Proses memisahkan bahan-bahan seperti minyak mentahmenjadi minyak
bersih.
c. Proses Pengubahan :
Proses perubahan bentuk seperti alat-alat rumah tangga.
d. Proses
Sintetis
: Proses mencampur dengan unsur-unsur lain seperti bahan-bahan kimia.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI
Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memudahkan proses
pemilihan alternatif atau penggunaan peralatan analisis, bagi penentuan
keputusan, sehingga dapat diketahui bagaimana keputusan-keputusan yang rasional
harus diambil, dan dengan demikian dapat ditentukan dan disusun rencana-rencana
logis dari keputusan-keputusan yang diambil atas dasar peralatan ilmu
pengetahuan dan matematika atau analisis kuantitatif serta kenyataan yang
terjadi.
Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus
diambil, maka terdapat empat macam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan atas
peristiwa yang pasti
2. Pengambilan keputusan atas
peristiwa yang mengandung resiko
3. Pengambilan keputusan atas
peristiwa yang tidak pasti (uncertainly)
4. Pengambilan keputusan atas
peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.
Dalam kerangka kerja pengambilan keputusan, bidang produksi
dan operasi mempunyai lima tanggung jawab keputusan utama, yaitu: proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Masing-masing
kerangka tanggung jawab keputusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Proses
Keputusan-keputusan dalam kategori ini menentukan proses
fisik atau fasilitas yang digunakan untuk memproduksikan produk berupa barang
atau jasa. Keputusan mencakup jenis peralatan dan teknologi, arus dari proses,
tata letak (lay out) dari peralatan dan seluruh aspek dari fisik pabrik atau
fasilitas jasa pelayanan. Banyak keputusan tentang proses ini merupakan
keputusan jangka panjang dan tidak dapat dengan mudah diubah atau direvisi.
2. Kapasitas
Keputusan kapasitas dimaksudkan untuk memberikan besarnya
jumlah kapasitas yang tepat dan penyedian pada waktu yang tepat.
3. Persediaan
Manajer persediaan membuat keputusan-keputusan dalam bidang
produksi dan operasi, mengenai apa yang dipesan, berapa banyak yang dipesan,
dan kapan pemesanan dilakukan.
4.Tenaga kerja
Dalam menajemen produksi dan operasi, pengelolaan tenaga
kerja atau sumber daya manusia merupakan bidang keputusan yang sangat penting.
Hal ini karena tidak akan terjadi proses produksi dan operasi tanpa adanya orang
atau tenaga kerja yang mengerjakan.
5.Mutu atau kualitas
Fungsi produksi dan operasi ditandai dengan penekanan
tanggung jawab yang lebih besar terhadap mutu atau kuliatas dari barang atau
jasa yang dihasilkan.
RUANG LINGKUP MANAJEMEN PRODUKSI dan OPERASI
Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan yang
mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan penetapan
keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, yang umumnya
bersifat keputusan-keputusan jangka panjang serta keputusan-keputusan pada
waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasiannya, yang
umumnya bersifat keputusan-keputusan jangka pendek.
Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi tidak lain
adalah mengusahakan agar terjadi keseimbangan, keselarasan serta keserasian
antara faktor-faktor produksi yang ada dengan kebutuhan atau kesempatan yang
terbuka baginya, sehingga dapat menimbulkan adanya perkembangan yang
menguntungkan (profitable growth). Dalam tahap pencapaian tujuan bagian produksi
maka perlu dilihat kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada serta
tekanan-tekanan (threats) dari luar yang dialami perusahaan itu. Setelah itu
analisa intern terhadap faktor-faktor produksi akan menghasilkan rumusan
tentang kekuatan-kekuatan (strengths) yang dimiliki serta kelemahan-kelemahan
(weakness) yang ada.
Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan mencakup
perencanaan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, pengendalian dari
sistem produksi dan operasi, serta sistem informasi produksi. Peranan
perencanaan dan pengendalian produksi adalah semata-mata dimaksudkan untuk
mengkoordinasikan kegiatan bagian langsung atau tidak langsung dalam
berproduksi, sehingga perusahaan itu betul-betul dapat menghasilkan
barang-barang atau jasa dengan efektif dan efisien serta memenuhi
sasaran-sasaran lainnya.
FUNGSI SERTA SISTEM PRODUKSI DAN OPERASI
A. Fungsi Produksi dan Opersi
Berikut ini ada 4 fungsi terpenting dalam poduksi dan operasi
1. Proses Pengolahan
2. jasa-jasa penunjang
3. Perencanaan
4. pengendalian /pengawasan
Proses Produksi
dapat ditinjau dari 2 segi yaitu:
Proses Operasi / Produksi adalah serangkaian metode dan teknologi yang
digunakan dalam memproduksi barang atau jasa.
Jenis produksi dapat diklasifikasikan menurut perbedaan dalam proses-proses
operasinya. Barang-barang produk berdasarkan apakah proses operasinya
mengkombinasikan sumber daya atau dipecah menjadi beberapa bagian komponen.Kita
dapat menjabarkan jasa berdasarkan tingkat kontak dengan pelanggan yang
dibutuhkan.
Proses Pabrikasi Barang : Proses Analitis vs Sintetis
Seluruh proses pabrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat analitis atau
sintetis dari proses transformasi.
• Proses analitis: proses produksi yang menguraikan sumber-sumber daya menjadi
komponen untuk menciptakan produk-produk jadi.
• Produksi sintetis : proses produksi yang mengkombinasikan bahan-bahan mentah
untuk memproduksi suatu barang jadi.
Proses jasa : Tingkat kontak dengan pelanggan
Satu cara mengklasifikasikan jasa adalah menanyakan apakah suatu jasa tertentu
dapat diberikan tanpa pelanggan menjadi bagian dalam sistem produksi.
• Proses kontak tinggi: Tingkat kontak antara jasa dengan konsumen dimana
konsumen menerima jasa sebagai bagian dari sistem. Misalnya jasa transportasi.
• Proses kontak rendah: tingkat kontak antara jasa dengan konsumen dimana
konsumen tidak perlu menjadi bagian dari sistem dalam menerima jasa. Misalnya
penyetoran giro di bank, nasabah tidak mengikuti proses perbankannya.
Proses Produksi dapat ditinjaui dari dua segi yaitu:
1. Kelangsungan Hidup
a. Produksi terus-menerus (Continuous Production)
Produksi terus menerus dilakukan sebagai proses untuk mengubah bentuk
barang-barang. Dalam proses produksi ini, walaupun terjadi perubahan model,
susunan dan fungsi alat-alat mesin yang dipakai tidak berubah. Misalnya
penggergajian kayu mengubah balok menjadi papan, karet menjadi ban atau pun
proses perakitan mobil, walaupun terjadi perubahan bentuk tetapi tidak mengubah
susunan dan fungsi alat-alat mesin. Proses produksi ini menghasilkan produk
yang standar (massal).
b. Produksi yang terputus-putus (Intermitten Production)
Proses produksi tidak terus menerus atau operasi seringkali terhenti guna
mengubah alat-alat, pengaturan kembali alat-alat dan penyesuaian yang terus
menerus diadakan sesuai dengan tuntutan produk yang akan dihasilkan. Proses
produksi ini dilakukan berdasarkan pesanan yang sesuai dengan keperluan
pemesan.
2. Teknik
a. Proses ekstraktif : suatu proses pengambilan langsung dari alam seperti
kayu, perikanan, pertambangan.
b. Analitis : Proses memisahkan bahan-bahan seperti minyak mentah menjadi
minyak bersih.
c. Proses Pengubahan: Proses perubahan bentuk seperti alat-alat rumah tangga.
d. Proses Sintetis: Proses mencampur dengan unsur-unsur lain seperti bahan-bahan
kimia
1. Kelangsungan hidup
a. Produksi terus-menerus
Dilakukan sebagai proses untuk mengubah bentuk barang-barang.walaupun terjadi
perubahan bentuk barang-barangtetapi tidak mengubah susunan dan fungsi
alat-alatmesin.proses ini menghasilkan produk yang standar(massal)
b. Produksi yang terputus-putus
Proses produksi ini dilakukan berdasarkan pesanan sehingga harus mengatur
kembali alat-alat dan penyesuaian terus-menerus.
2. Teknik
a. Proses Ekkstraktif
b. Proses analitis
c. Proses Pengubahan
d. Proses Sintetis
PEMILIHAN LOKASI PABRIK
Penentuan atau pemilihan lokasi pabrik adalah penting,
karena mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan, dan kelangsungan
hidupnya. Penentuan lokasi pabrik juga harus mempertimbangkan kemungkinan
ekspansi.
Tujuan Perencanaan Lokasi Pabrik
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif dan
efisien. Penentuan lokasi memperhatikan faktor biaya produksi & biaya
distribusi barang yang dihasilkan & faktor lokasi sangat penting untuk
menurunkan biaya operasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lokasi Pabrik :
Faktor utama :
>Lingkungan masyarakat
> Kedekatan dengan pasar
> Tenaga kerja
> Kedekatan dengan bahan mentah dari pemasok
> Fasilitas dan biaya transportasi
> Sumberdaya alam lainnya
Faktor sekunder :
> Harga tanah
> Dominasi masyarakat
> Peraturan tenaga kerja
> Rencana tata ruang
> Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing
> Tingkat pajak
> Cuaca/iklim
> Keamanan
> Peraturan lingkungan hidup
Pendekatan situasional atau contingency adalah penentuan
lokasi berdasarkan faktor terpenting menurut kebutuhan dan kondisi
masing-masing perusahaan.
Misalnya :
1. Dekat dengan pasar
2.Dekat dengan sumber bahan baku saja
3. Tersedia tenaga kerja
Perangkap Dalam Pemilihan Lokasi
> Lokasi sulit mendapatkan tenaga kerja .
> Lokasi dengan harga tanah murah, tetapi kondisinya jelek sehingga perlu
biaya mahal untuk membuat pondasi.
> Lokasi diluar kota dengan harga murah, tetapi fasilitas prasarana jalan
dan saran transportasi belum dibangun.
> Lokasi di sekitar pemukiman dan sulit membuang limbah.
Tahap Pemlihan Lokasi Pabrik
1.Melihat kemungkinan beberapa alternatif daerah yang akan dipilih.
2.Melihat pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri untuk menentukan
lokasi pabrik.Ü
3.Mempertimbangkan dan menilai alternatif pilihan yang menguntungkan.Ü
Fungsi dan sistem produksi dan operasi
a Fungsi produksi dan operasi berkaitan dengan
pertanggungjawaban dalam pegolahan dan pengubahan masukan (input) menjadi
keluaran atau output berupa barang atau jasa yang memberikan pendapatan bagi
perusahaan. Empat (4) fungsi penting produksi : proses pengolahan, jasa-jasa
penunjang, perencanaan dan pengendalian atau pengawasan
b Sistem Produksi dan Operasi adalah suatu keterkaitan
unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu, dan menyeluruh dalam
pentrasnformasian masukan menjadi keluaran
Lokasi dan Layout Pabrik
Lokasi merupakan letak dimana produksi itu berada. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
1. Dekat dengan pasar
2. Dekat dengan bahan baku
3. Ongkos transportasi
4. Penyediaan tenaga kerja
5. Penyediaa sumber tenaga
6. Lingkungan sekitar
7. Iklim
Lokasi dan layout pabrik perlu diperhatikan karena pada
lokasi tersebut, perusahaan dan pabrik akan melakukan kegiatan operasionalnya.
Pertimbangan yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam menentukan lokasi
adalah:
• Hubungan perusahaan dengan sumber-sumber ekonomi.
• Hubungan perusahaan dengan sejarah.
• Hubungan perusahaan dengan pemerintah.
Dalam penentuan lokasi perusahaan, dapat juga berdasarkan pada faktor lain,
seperti faktor ekonomi yang bertujuan untuk efisiensi produk, jarak angkut yang
minimum, fleksibelitas ruangan dan lay out, kemungkinan perluasan di waktu yang
akan datang, pemaksimuman ruang dan layout, serta keamanan penyimpanan barang
jadi, setengah jadi, dan mentah.
SUMBER :
Buku Pengantar Manajeme